DALIL MENGENAI KEJUJURAN
1) Q.S. AL-MAIDAH / 5:8
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
KANDUNGAN :
Al Biqa’i mengemukakan bahwa sebelum ayat ini telah ada perintah untuk berlaku adil terhadap istri-istri, sedangkan ada di antara istri-istri itu yang non muslim (ahl al kitab) karena surat ini pun telah mengizinkan untuk mengawininya, adalah sangat sesuai jika izin tersebut disusul dengan perintah untuk bertakwa. Karena qawwamin, yakni orang-orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu, terhadap wanita, dan lain-lain dengan menegakan kebenaran dami karena Allah serta menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kamu menaruh kebencian terhadap keluarga istri kamu yang ahl al kitab itu maupun terhadap selain mereka. Berlaku adilah, terhadap siapa pun walau atas dirimu sendiri karena ia, yakni adil itu, lebih dekat kepada takwa yang sempurna daripada selain adil. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[1]
Adapun pada ayat Al-Maidah ini, ia dikemukakan setelah mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan rasul-Nya sehingga ingin digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh qawwami lillah. Diatas dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada takwa. Perlu dicatat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk subtansi ajaraan Islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian. Ini kerana kasih, dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk.
2) Q.S. AT-TAUBAH / 9:119
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar."
kandungan :
Iman kepada Tuhan memiliki derajat dan tingkatan. Sedangkan merasa sudah beriman kepada Allah Swt dan Hari Kiamat tidaklah cukup. Karena itu iman haruslah disertai dengan kejujuran dan teremplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari. Iman kepada Allah dan Hari Kiamat bukanlah sesuatu yang diucapkan dengan lisan saja. Memang benar bahwa hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, seseorang sudah dianggap dan diperlakukan sebagai muslim. Akan tetapi, untuk mencapai derajat seorang mukmin, seseorang harus membuktikan kejujuran kalimat syahadat yang ia ucapkan itu dengan melaksanakan taat dan menjauhi maksiat, sehingga dia akan terselamatkan dari api neraka.
Meski iman kepada Allah terdapat di dalam hati, namun ia perlu diikrarkan secara lisan dan perbuatannya sama satu dan tidak berbeda. Dengan kata lain apa yang diucapkan oleh lisan haruslah menjadi keyakinan dalam hati, kemudian terejawantahkan dalam perbuatan, yang mencerminkan kejujuran keislaman yang diucapkan dengan lisan. Oleh karena itu, Allah Swt dalam ayat ini berpesan agar orang-orang mukmin menjadi orang yang bersih dan jujur, serta selalu berada bersama orang-orang yang jujur dan benar.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Selalu bersama orang-orang saleh, baik dan jujur merupakan jalan pendidikan bagi manusia agar terjauhkan dari jalan yang menyimpang dan sesat.
2. Kejujuran dan kebenaran seberapapun kasarnya memiliki nilai di sisi Allah. Sebagaimana Allah swt telah mengenalkan para wali-Nya yang maksum sebagai orang-orang "Shadiqin".
No comments:
Post a Comment